posting sebelumnya
Saya Kehilangan Kendali! (3)
Saya Kehilangan Kendali (2)
Saya Kehilangan Kendali (1)
Hana dan Penina,
keduanya bertindak berdasarkan perasaan
kekurangan di dalam kehidupan mereka. Kenyataan sama-sama mereka alami – dan
juga soal tinggal dalam rumah yang sama dan menikah dengan laki-laki yang sama.
Ketika Hana menyadari bahwa hanya Allah yang dapat memenuhi
kebutuhan dalam hidupnya dan ia mulai mempercayakan Allah untuk melakukan hal
itu, kisah hidupnya mulai melingkar naik. Tidak ada bukti bahwa hal ini terjadi
juga dalam hidup Penina.
Apakah yang membuat perbedaan dalam kehidupan mereka? Apakah
yang dapat mempengaruhi dalam kekurangsempurnaan dan keputusasaan kita?
Hana tahu ke mana harus berpaling untuk mengisi kekosongan
itu.
Perjalanan itu tidak mudah. Ia telah mendengarkan ejekan
lawannya selama bertahun-tahun. Ketia ia lari ke Bait Suci untuk mencurahkan
isi hatinya kepada Allah, ia harus menghadapi tuduhan imam bahwa ia mabuk.
(Mungkin Eli, imam itu, melampiaskan rasa putus asanya sendiri kepada Hana; dua
anak laki-laki Eli telah menghancurkan reputasi mereka dengan bergaul bersama wanita-wanita
tak bermoral yang berkeliaran di sekitar Bait Suci.) Namun Hana memandang
melampaui orang-orang itu . . . kepada Tuhan.
Dan dengan hati pedih
ia [Hana] berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu.
Kemudian bernazarlah
ia, katanya, “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan
sengsara hamba-Mu ini dan [sungguh-sungguh] mengingat kepadaku dan tidak
melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak
laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan
pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya” (I Samuel 1:10-11).
Penyelesaian atas persoalan Hana hanya dapat ditemukan di
dalam satu Oknum. Hana menyebut-Nya Tuhan Semesta Alam, yaitu YEHOVAH-SABAOTH.
“TUHAN SABAOTH ADALAH NAMANYA”
Arti harfiah kata sabaoth
ialah “berkumpul bersama-sama”, dan Yehova-sabaoth
diterjemahkan sebagai “Tuhan semesta alam”. Nama Allah ini, yang banyak di
antara kita menghubungkanny dang nyanyian puji-pujian lama dari gereja,
menggambarkan Allah sebagai Tuhan bala tentara Surga. Ia adalah pemimpin
beribu-ribu malaikat yang selalu setia kepada-Nya dan kepada setiap
perintah-Nya. Bala tentara yang sama itulah yang akan dipimpin oleh Yesus
Kristus sebagai panglima tertinggi untuk melawan Iblis pada akhir zaman ini.
Lalu aku melihat surga
terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih [muncul]; dan Ia yang
menungganginya bernama: Yang Setia dan Yang Benar, Ia menghakimi dan berpeerang
dengan adil. . . . Dan semua pasukan yang disurga mengikuti Dia; mereka menunggang
kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih.
Dan dari mulut-Nya
keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul . . . bangsa. Dan Ia akan
menggembalakan mereka dengan gada dan besi. . . .
Dan pada jubah-Nya dan
paha-Nya tertulis satu nama, yaitu, RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA
TUAN (Wahyu 19:11, 14-16).
Nama khusus Yehova ini hanya digunakan sekali-sekali bila
Bangsa Israel menghadapi masa-masa krisis dalam sejarah, dan zaman ketika Hana
hidup benar-benar cocok dengan gambaran tersebut. meskipun hakim-hakim seperti Debora
dan Gideon telah mencoba mengarahkan bangsa itu kembali kepada Allah, Bangsa
Israel telah terpikat pada cara-cara penyembahan berhala bangsa Kanaan. Samson secara
fisik kuat, namun secara moral ia adalah salah seorang hakim yang paling lemah.
Kepemimpinannya yang hanya sekali-sekali dan kejatuhannya yang dramatis
meninggalkan Bangsa Israel dalam keadaan kecewa dan putus asa. Ketika kekuatan
Samson tidak dapat lagi berfungsi sebagai penangkis, orang-orang Filistin
memulai suatu kekuasaan yang menakutkan.
Pemakaian pertama nama Yehova-sabaoth terdapat dalam I Samuel pasal pertama, dalam doa Hana. Hana
tidak berdoa mint seorang anak laki-laki untuk memuaskan kebutuhannya sendiri, untuk
menyenangkan suaminya, atau untuk membungkam ejekan tajam Penina. Ia tidak
sekadar meminta anak. Ia meminta seorang anak laki-laki supaya ia dapat
mempersembahkan anak itu kembali kepada Allah untuk dipakai dalam pelayanan-Nya,
apapun yang Allah inginkan.
Orang laki-laki yang total milik Allah sangat dibutuhkan
oleh Bangsa Israel. Anak-anak lelaki Eli tidak memberikan kepemimpinan rohani kepada
bangsa itu. Jelas bahwa mereka tidak mampu atau tidak bersedia melakukan hal
itu.
Di sinilah letak pentingnya Hana menggunakan nama Yehovah-sabaoth dalam doanya pada I Samuel 1:11.
Tuhan semesta alam tidak dapat menyelamatkan Bangsa Israel dari serbuan orang Filistin
sebelum Israel bertobat dan berbalik kepada Allah. Seseorang harus menjembatani
jurang pemisah antara keturunan Abraham yang tidak patuh terhadap Pencipta mereka
g penuh belas kasihan, seseorang dengan roh kebaikan dan hati yang bersemangat
bagi kemuliaan Allah dan bagi umat Allah.
Apakah saudara memperhatikan pengulangan kata hamba dalam doa Hana? Bahkan sesudah
penghinaan yang tidak menyenangkan atas hdiupnya karena kemandulannya, bahkan sesudah
diejek lawannya dengan tajam, bahkan sesudah mendapat teguran yang kejam dari
Imam Eli, roh Hana penuh kebaikan. Permintaannya tidak mementingkan diri
sendiri.
Dan permintaannya dipenuhi oleh Yehova-sabaoth. Anak laki-laki Hana, Samuel, mewarisi roh kebaikan yang dimiliki
Hana. Sebagai salah seorang tokoh yang amat penting dalam Perjanjian Lama, ia sangat
dikasihi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Dan ia benar-benar memiliki hati
penuh semangat seperti ibunya. Dengan menjembatani masa antara hakim-hakim
Israel dan raja-raja Israel, ia membuat keturunan Israel kembali kepada Allah.
Kehidupan Hana tampaknya tandus tanpa harapan. Sifatnya yang
pendiam dan melankolis tidak dapat melawan kepribadian Penina yang terang-terangan
dan agresif. Persaingan itu tampaknya tidak seimbang, akibatnya sudah pasti.
Akan tetapi, Allah memakai sifat Hana yang pendiam dan
lembut untuk meninggalkan kesan yang tidak akan hilang terhadap anak laki-laki
mungil yang sensitif yang akan menjadi hamba Allah pada saat itu. Ketika Hana
menjenguk Samuel tiap tahun, ia selalu membawakan untuk Samuel hasil
ketekunannya berupa sebuah jubah buatan tangan, sama seperti doa-doanya yang penuh
ketekunan yang pasti dengan hangat membungkus Samule sepanjang tahun.
Kemudian ketika Hana mengasuh anak-anaknya yang lain yang dikaruniakan
Allah kepadanya, yaitu tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan, menurut I
Samuel 2:21, perasaan diri tidak berarti berubah menjadi perasaan diterima. Hana
tidak perlu lagi undur dari meja perjamuan untuk menangis di dalam kemah suci. Elkana
tidak perlu lagi menyakinkan Hana akan cintanya. Kekosongan tersebut telah terisi.
Pengetahuan bahwa Allah telah menerima doa hamba-Nya, dan
juga telah menerima hamba-Nya itu, membuat Hana terbebas dari dirinya sendiri. Hana
terbebas dari musuhnya yang sesungguhnya, yaitu rasa terhina, rasa kurang
sempurna dan dapat menggunakan serta mengembangkan karunia-karunia yang telah diberikan
Allah kepadanya.
Penerimaan Allah yang tanpa syarat tidak bergantung pada pengembangan
sifat-sifat kita. Tetapi penerimaan yang menakjubkan dan membawa hidup itu,
bila disadari secara mendalam, akan mendorong kita untuk semakin bertumbuh dan
semakin setia.
Waktu saya menjadi
dewasa dengan mengembangkan sifat-sifat serupa dengan Kristus, saya akan semakin
hari semakin benar-benar merasa diri berarti karena menjadi kepunyaan Tuhan dan
melayani Tuhan
Penina seharusnya dapat mengalami rasa diri berarti juga. Tragisnya,
mungkin ia tidak pernah mengalami hal itu.
Apakah pertempuran saudara tampak tak seimbang? Apakah hasil
pertempuran itu kelihatannya pasti kalah? Apakah saudara telah menghadapi
ejekan dan hinaan begitu lama sehingga patah semangat atau tindakan melarikan
diri rasanya merupakan alternatif yang diterima baik?
“Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau
memperhatikan sengsara hamba-Mu ini. . . .”
Bila saudara memiliki hati seperti Hana, hati yang mengenal
Allah Hana, yaitu TUHAN SEMESTA ALAM, para musuh tidak akan mempunyai harapan.
*Dikutip dari "Bila Allah Terasa Jauh", Joy Jacobs, Penerbit Gandum Mas, Cetakan Pertama 1992