Monday, August 29

Batu Pijakan vs Kesuksesan (1)


Setiap orang tentunya menginginkan kesuksesan atau keberhasilan. Bila perlu tanpa kegagalan sedikitpun.
Setiap orang tentunya menginginkan suara sorak sorai yg memuji keberhasilan atau kesuksesannya. Paling tidak orang memandang kesuksesannya dan mengakuinya.

Sejak kecil, sejak masa kanak-kanak kita sudah diajarkan membedakan mana yang sukses dan mana yang gagal. Diajarkan untuk selalu jangan berbuat salah. Pada saat seorang anak salah atau gagal mengerjakan tugasnya, sudah menjadi kebiasaan kita mengatakan dia bodoh. Bukan saja orang dewasa yang mengatakan itu tapi anak-anak pun menjadi terbiasa mengejek dan mengolok-olok temannya yang kelihatan selalu berbuat salah.
Paradigma atau blue print seperti ini yang sudah tertanam melekat dalam pikiran kita membuat kita untuk berkomitmen seumur hidup “jangan sampai saya gagal”. Jika saya gagal, saya bukanlah siapa-siapa. Saya bukan orang sukses. Saya tidak menjadi apa-apa. Saya sampah. Saya tidak layak. Keberhasilan bukan milik saya.


Visi – Destination – Purpose - Desire

Saya rasa tidak ada seorang pun yang punya cita-cita untuk menjadi batu injakan/pijakan. Bahkan dalam persaingan di dunia ini diusahakan jangan sampai orang lain memanfaatkan kita untuk kesuksesan orang lain itu.
Kemarin saya mendengar sebuah khotbah (saya tidak tau judulnya apa), menyebutkan Thomas A. Edison (pencipta lampu – bener gak ya? Spt salah ya? Tolong dikoreksi. Intinya si pencipta lampu) dan Marthin Luther. Yang pertama adalah orang yang melakukan banyak kegagalan dan dikatakan seorang yang bodoh sebelum akhirnya dia menciptakan sebuah benda yang menjadi benda yang dicari2 di setiap jaman. Yang kedua adalah orang yang tidak pernah melihat perjuangannya karena dia mati sebelum visinya tercapai. Tapi visinya itu menjadi nyata dan kita adalah hasil imannya.

Dalam perjalanan tadi pagi menuju tempat kerja, saya merenungkan mereka itu sebenarnya menurut ukuran dunia ini adalah orang-orang yang gagal. Tapi mereka tidak pernah tau bahwa saat ini mereka adalah orang besar, orang sukses, orang yang selalu disebut-sebut dalam sejarah karena karya dan perjuangannya.

Saat saya merenung, saya menemukan sebuah julukan untuk mereka. Mereka adalah batu pijakan orang-orang sukses.

Ilmu dan pengetahuan serta teori-teori yang kita pelajari di sekolah, dan kemudian beberapa di antara kita menguasai itu semua, mereka disebut sebagai siswa cerdas, pintar dan berprestasi. Bukankah filosofi, teori dan ilmu pengetahuan itu bersumber dari mereka yang dulu disebut orang bodoh dan aneh? Tapi karena apa yang mereka lakukan itu mereka menjadi kan banyak orang sukses, berhasil dan kaya. Apakah mereka menikmati karya dan perjuangannya? Mereka mati dalam keadaan sebagai ilmuwan miskin, jorok dan juga ada yang terbuang, terhina.


(ditulis tanggal 25 Mei 2010)

No comments:

Post a Comment